Bintang Gaduhtra Narendra

! play lekas pulih – fiersa besari !

Suara langkah kaki yang terburu-buru membuat sepanjang lorong rumah sakit menjadi bising dan meninggalkan suasana tegang disana.

Haikal masih terus tergesa-gesa dalam jalannya. Tidak berhenti memerhatikan jam yang terletak di pergelangan tangannya.

Pukul 16:45 sore hari.

Haikal sampai di depan pintu kamar yang selama seminggu ini selalu dia sapa. “Gua pastiin temen gua ga bakal ada di situ lagi”

Haikal membuka pintunya, setelah mengatur nafasnya perlahan.

“Empat lewat empat lima. Catet Mal” ucap Haikal sekilas setelah menyapa Malan yang berada di paling depan menyambut Haikal.

Perjalanan dari tempat Haikal berangkat sampai rumah sakit hanya memakan 15 menit pas. Dengan kecepatan yang tidak manusiawi tadi, Haikal berhasil sampai hanya dengan kurun waktu 5 menit.

Malan menelponnya tepat pukul 16:47.

Haikal simpulkan bahwa Narendra membuka matanya untuk kembali ke dunia pukul 16:45.

Langkah kaki Haikal berjalan semakin pelan, mengikis jarak antara dirinya dengan Narendra yang masih sesekali memejamkan matanya.

Entah apa sebabnya, mata coklat indah milik Haikal perlahan terisi penuh dengan cairan bening mengkilat di kelopaknya.

Rasa bahagia melihat sahabatnya yang kembali ke sisinya? Atau rasa bersalah karena sudah memintanya untuk bertahan dalam sakitnya?

Haikal menatap lampu di atap kamar, berusaha menghilangkan genangan air mata di kelopak matanya.

Menghembuskan nafasnya lega, mengusap kasar mukanya. Lalu tersenyum.

“Narendra, ini Haikal” ucapnya.

Sang putra bintang hanya menjawabnya dengan kedipan mata yang mengisyaratkan 'Iya, aku mengenalmu'.

Kedua sudut bibir Haikal terangkat, air mata pertama lolos membasahi pipinya ketika menatap sahabatnya dalam waktu yang lama.

Haikal menyadari betapa kuat sahabatnya ini. Yang sudah melewati semua rintangan dan berhasil bertahan demi dirinya untuk balik ke dunia.

Narendra mengangkat lengannya lemah, menunjuk suatu benda yang terdapat di lengan kanannya Haikal.

“Kenapa Kal?” tanya Rezvan saat melihat Haikal yang sedang mencari-cari sesuatu.

“Gelangnya Kak Naren bang” sahut Cekra.

Haikal menatap gelang yang menghiasi tangan kanannya lalu menatap Narendra bergantian.

Narendra kembali mengedipkan matanya.

“Gelangnya udah ilang Kal. Makanya heran kok bisa ada di lo” Juan menjelaskan.

“Waktu itu gua temuin di depan Altarok. Ada di rumput” jawabnya. “Gua pakein ya”

Haikal melepas gelangnya. Memasangkannya di pergelangan tangan Narendra perlahan.

Haikal melangkah mundur, memberi kesempatan untuk sang adik. Kafkama Jikaltara.

“Kemaren Jikal nangis deres banget Ren di sebelah lo” ucap Juan tersenyum, mengusap puncak kepala Narendra lembut.

Senyuman kecil terukir di balik alat nebulizer yang Narendra pakai.

“Makanya cepet bangun bang, biar Jikal ga cengeng jadi cowo” sahut Cekra membuat satu ruangan penuh dengan tawa.

“Bangun Ren” Malan ikut bicara.

“Udah di garis finish. Tinggal bangun aja” Haikal.

“Belom” ucap Rezvan tiba-tiba. Semua pemandangan mengarah padanya.

“Cepet keluar dari sini biar kerasa garis finishnya” lanjut Rezvan.

“Iya deh yang udah ngerasain” balas Haikal, bercanda.

Narendra ikut tersenyum. Tertawa dalam hati.

Rasa rindu, nyaman dan bahagia menyambut hangat Narendra yang baru kembali ke dunia.

Semesta berpihak padanya. Terima kasih.

Akan kami pastikan, Narendra menjalani hidup yang sangat indah dan nyaman untuk kedua kalinya. Pasti. – Altarok, 6.