Cekra, Haikal, Dunia Dan Semesta

Lagu lekas pulih milik Fiersa Besari terus berputar berulang kali sampai sang pejuang yang sudah di tunggu datang.

“Tidak apa-apa, menangislah Itu tak menjadikanmu lemah Semuanya memiliki hikmah Tuhan Mahabaik, percayalah!”

Cekra hadir di samping Haikal, duduk dan mencari posisi nyamannya untuk berkeluh kesah malam ini.

Cekra merasa lelah. Lelah dengan keadaan, lelah dengan permainan semesta, lelah dengan perjuangannya sendiri.

“Kayaknya-

Haikal menengok

-harapan lo yang altarok bisa berhasil sampai garis finish harus pupus deh”

“Gue ga yakin bisa. Gue juga ga mau jadi bikin yang lain nunggu”

“Ini lo marah ga kalo gue nonjok lo?” jawab Haikal. “Omongan lo bangsat banget soalnya”

Cekra terkekeh melihat sifat sang kakak yang masih saja menyemangatinya.

“Gue salah ya bang, tadi main kabur aja” nada bicara Cekra berubah serius.

Lagu yang sudah berhenti berputar membuat Haikal seratus persen fokus dengan perkataan Cekra.

“Salah” balas Haikal. “Itu bego. Gue ga pernah ngajarin lo begitu”

“Kra” panggil Haikal.

“Ada saatnya lo boleh pegang telor, ada saatnya lo ga boleh. Sekalinya pegang telor di saat lo ga tau apa-apa, yang bisa lo lakuin cuman apa? Bikin pecah doang”

“Pegang telor ga bisa terlalu erat, ga bisa juga terlalu lembut. Semua butuh proses, proses bakal bantu lo belajar tentang semua yang berkaitan dengan tujuan lo”

“Ga semua harus lo kejar. Jangan terlalu keras sama diri sendiri Kra. Gue tau lo kuat, tapi lo bisa rapuh”

“Dan satu-satunya orang yang bisa bikin lo bangkit itu cuman diri lo. Bukan gue”

“Gue cuman berharap lo jangan terlalu keras sama diri sendiri. Kalo emang kangen sama papa, samperin. Peluk dia”

“Papa lo juga pasti masih di proses mengenal dan mengerti lo, jangan maksa dia buat buru-buru”

Cekra mendengar semua perkataan Haikal. Haikal memang sangat pintar mengenal seseorang, padahal dirinya belum menceritakan apa yang dia rasakan sama sekali padanya.

“Nangis aja”

Dua kata dari Haikal dengan mudah membuat genangan air mata di sudut mata Cekra pecah.

Cekra menunduk, menutup erat mukanya. Suara tangisan terdengar. Suaranya memang tidak keras tapi siapapun yang mendengar pasti bisa merasakan betapa sakitnya tangisan ini.

Haikal mengangkat handphone nya, menaruhnya dekat telinga Cekra. “You've done your best for today. Nangis sepuasnya dan jangan terlalu keras sama sendiri”

“Semangat Kra, semesta masih mau lo bertahan”

“Jangan terlalu jahat sama diri sendiri”

“Nangis aja, yang liat cuman Haikal ini”

Voice note dengan suara-suara familiar terdengar jelas oleh Cekra. Tangisannya semakin pecah.

Haikal langsung merangkul dan memeluknya erat. “Lo keren, hebat”

Cekra bukan tipe orang yang suka berbicara banyak hal, Haikal tahu itu.

Dengan Haikal berbicara sepanjang lebar apapun, Cekra tidak akan menjawabnya jika dia merasa tidak perlu.

Tapi Cekra memahami semua yang dia dengar.