Juan, Haikal, Dunia Dan Semesta
Ketiga kalinya Haikal menjadi tempat cerita di tempat yang sama dan ketiga kalinya juga ia berada di samping sahabatnya saat di bawah.
Itu yang Haikal janjikan selama ini. Dan dia melaksanakannya.
“Kalo lo disakitin sama orang yang selama ini lo banggain rasanya apa Kal” Juan memulai topik pembicaraan.
Nada yang dilontarkannya terdengar seperti orang yang putus asa dan butuh pegangan agar jauh dari rasa nyerah.
“Hmm” Haikal berpikir sebentar. “Sakit” jawabnya singkat.
Jawaban singkat Haikal membuat Juan menatapnya, hanya itu aja jawabannya?
“Tapi lebih sakit ngeliat orang yang kita sayang di sakitin sama orang yang kita banggain. Ya kan?”
Tepat sasaran. Perkataan Haikal persis dengan apa yang Juan alami. Bahkan bukan persis lagi, tapi memang itu yang di alaminya.
Haikal mengukir senyum kecil di wajahnya, sahabatnya sudah berada di titik terbawahnya. Haikal tahu itu.
Juan terus menunduk sedari tadi, sepertinya mengangkat kepala, berdiri tegak dan tersenyum sangat susah dilakukan olehnya sekarang.
Terbukti kan? Orang sekasar Juan, orang sekeras Juan, dan orang sekuat Juan akan rapuh jika sudah membahas kelemahannya.
“Gapapa Wan” Haikal merangkulnya, menepuk pelan pundak Juan seirama dengan detik jam berjalan.
“Itu wajar” kata Haikal. “Yang ga wajar itu kalo lo jadi kayak dia”
“Dunia keras Wan. Bangsat malah. Lo harus jadi orang sebaik baiknya kalo mau bertahan disini”
“Susah nerima kenyataan bukan berarti mustahil kan?”
Juan tidak menjawab apapun. Bukan karena dia tidak mau menjawabnya tapi karena yang di butuhkan sekarang hanya kata-kata menenangkan dari Haikal.
Haikal sangat mengenal Juan. Haikal melihat dirinya yang dulu di Juan. Sangat mirip dengannya.
Haikal akan terus berbicara sekalipun Juan tidak menjawabnya, karena dulu dirinya seperti itu. Yang dia butuhkan hanya perlakuan bukan pertanyaan.
Haikal selalu berpikir, kadang manusia hanya membutuhkan pegangan bukan belaan. Butuh seseorang yang jadi tempat cerita bukan kalo sempat cerita. Manusia bisa sekuat baja namun sekalinya rapuh bisa serapuh batu yang diselimuti lumut. Akan hancur Akan hancur sehancur-hancurnya.
“Lo bisa ga kalo maafin bokap lo sekali ini? Sanggup ga” Haikal mengakhiri omongan panjangnya dengan pertanyaan.
“Engga”
“Tapi harus lo maafin” jawab Haikal.
“Mana bisa anjing, gua tau dia. Bangsat, yang ada juga dia sama aja kayak dulu”
“Lo ga bakal tau Wan kalo ga kasih kesempatan” ucap haikal. “Lo bisa sampe di titik ini menurut lo karena apa?”
“Uluran tangan lo”
PLAK!
Haikal memukul belakang kepala Juan. “Dangkal banget otak lo pantes remed mulu” Haikal tertawa kecil, mencairkan suasana.
“Lo disini karena lo Juan. Lo kasih kesempatan buat diri lo sendiri biar berubah. Lo takut ga bisa keluar dari diri lo yang dulu. Lo takut tapi ga ada yang berani narik lo dari jebakan itu. Sampe akhirnya ketemu gua”
“Sama kan kayak ayah? Kalo bukan lo siapa lagi yang mau narik ayah lo dari jebakan itu? Ayah lo kejebak di situ karena emang ga ada yang bantu dia keluar, bukan karena dia ga mau keluar”
Semua perkataan Haikal benar. Cerita yang ayahnya hadapi sama persis dengan yang Juan alami. Tetapi hati Juan masih berat menerimanya kembali.
Pikiran Juan masih belom jernih. Dirinya sibuk memikirkan apa keputusan yang harus diambil agar tidak menyesal dan semua berjalan dengan baik.
Juan mulai mengangkat kepalanya, menatap sahabatnya itu. “Kalo orang sekuat gua boleh nyerah ga?” tanyanya.
Pertanyaan Juan sempat membuat Haikal mengerutkan dahinya dan bingung untuk sementara waktu, “Boleh. Ga ada yang larang”
“Boleh nangis?”
“Boleh”
“Ngeluh tentang semua tanpa harus ada yang di pendem, boleh?”
“Boleh.. Kenapa?” Haikal semakin tidak mengerti arah tujuan pembicaraan Juan.
Juan mengangguk. “Yaudah,
lakuin Kal kalo emang boleh. Ga ada yang larang”
Haikal mengerti sekarang. Pembicaraan ini sama seperti yang di katakan Malan dan Rezvan hari lalu.
“Semesta cuman lagi ga berpihak sama Haikal. Bukan ga mau berpihak ke Haikal”
“Lo kuat karena lo Haikal. Lo Haikal karena lo kuat. Semesta taro semua beban di pundak lo biar bisa lebih kuat ngadepin besok”
Haikal tinggal sendiri di tempat ini,
tempat nyaman penuh dengan kenangan dan cerita dari 7 pejuang Altarok.
Semoga Haikal bisa bahagia dan merasa beruntung ada di dunia ini.
Kamu kuat karena kamu Haikal Kamu bersinar karena kamu Bulan Kamu beruntung karena kamu Pratama
Jika semesta tidak memberi kebahagiaan di garis takdir Haikal, setidaknya semesta harus membantu Haikal menjadi semakin kuat jika kebahagiaan belom ada di depan matanya.