Rooftop Malam
! play lagu bertaut – nadin amizah !
Malan dan Haikal menghembuskan nafasnya berat, seakan-akan beban dalam diri mereka akhirnya terangkat.
Biaya pengobatan Jikal sudah terbayar dan Jikal juga sudah berada di tempat yang nyaman.
Angin malam terasa dingin, di dukung dengan langit malam. Semua terasa dingin namun hangat secara bersamaan di atas sana.
Sudah berbulan-bulan mereka tidak mengalami suasana ini lagi,
“Apa kabar bro” canda Malan.
Yang dulunya berjuang berdua, menghadapi dunia hanya berdua, hanya punya satu sama lain di saat jatuh atau pun bangkit.
Sekarang, sudah ada orang lain yang hadir di kehidupan mereka.
“Mal” panggil Haikal. Mukanya berubah pucat, ada sesuatu yang menganggu pikiran cowo itu.
“Kalo sampe sini aja udah berat, gimana ntar pas garis finish” lanjutnya. “Nyampe garis finish aja ga berarti pasti menang”
“Kalo ga menang bukan berarti ga berhasil kan?” jawab Malan. Laki-laki di sebelahnya sedang membutuhkan uluran tangan yang selalu ia beri ke orang lain,
ternyata Haikal juga membutuhkannya.
“Pernah cape ga Mal?” tanyanya lagi.
“Pernah. Sering mungkin”
“Kenapa belom nyerah?”
“Karena ada lo yang selalu ngasih tangan buat bangkit” jawabnya.
Haikal tersenyum kecil. Ia baru sadar atas perilakunya selama ini. Ternyata hanya dengan sebuah uluran tangan bisa menjadi sangat berarti bagi orang lain.
Tapi kenapa Haikal terus terjebak di fase ini?
Ibarat perang, Malan sudah ada di paling depan. Bertahan hidup dan berjuang setengah mati.
Sedangkan Haikal, masih berada di paling belakang. Tidak tahu harus maju kapan. Tidak tahu harus berbuat apa. Karena itu perang pertamanya.