Taman Bunga Eldanis

Juan membuka pintu cafe yang terletak di taman favoritnya. Taman yang menemani masa kecilnya.

Perasaan tegang memenuhi dirinya. Apa yang harus dia bicarakan nantinya? Apa yang harus di lakukan? Apa yang akan terjadi jika sang ayah mengamuk marah?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus menerus berputar di kepala Juan. Dia tidak bisa berhenti memikirkannya.

“Juan! Nak!” Suara yang terdengar asing namun familiar di telinga Juan. Kenangan manis sekaligus pahit terputar kembali di ingatannya.

Pria gagah itu mendadak berdiri dan menghampiri Juan yang masih berjarak beberapa langkah dari meja.

“Sini sini, kamu sendirian aja?”

“Gimana sekolah? Hm?”

“Eh kamu mau minum? Makan? Ayah abis pesen latte-nya enak nih” Pria itu tidak berhenti mengajak anak semata wayangnya itu mengobrol.

Nada suaranya terdengar bahagia.

“Ga usah, intinya aja” jawab Juan. “Ngapain minta Juan kesini?”

Sang Ayah menghela nafasnya panjang. “Ayah minta maaf Juan..”

Juan membuang pandangannya, sudah keseribu kali Juan mendengar kalimat itu selama hidupnya. Setelah mengatakan kalimat itu, kedepannya pasti akan mengatakan itu lagi.

“Ajarin Ayah menghargai bunda kamu. Bantu Ayah menjaga Juan dan bundanya dengan baik. Bimbing Ayah supaya jadi Ayah yang layak Juan banggakan.”

Juan menolah. Ini pertama kalinya mendengar ucapan itu terlontar dari mulut sang ayah dan pertama kalinya melihat sang ayah... menangis?

“Kita mulai semua dari awal ya? Ayah ingin berubah. Ayah harus berubah. Ayah sadar, di dunia ini Ayah punya dua tanggung jawab lain selain diri Ayah sendiri.”

“Berubah aja. Juan pamit dulu, temen Juan lagi ada masalah. Juan harus ada di sampingnya” Jawab Juan.

“Kalo beneran mau berubah, Juan dukung. Engga-

-kalo emang perlu, Juan siap bantu. Dan Juan seneng” Ucapan terakhir Juan sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.

Sang ayah tidak menahannya, ia paham perasaan Juan. Anaknya sudah pasti tidak akan mudah percaya dengan perkataannya yang sudah ia ucapkan beribu kali.

Sang ayah hanya berdoa dan berharap agar anaknya percaya dengannya kali ini saja. Memberi kesempatan terakhir kepadanya.